Minggu, 11 Mei 2014

Piano Candy Machine part #5: Presentasi (end)

Setelah begadang, kami pun melakukan presentasi tentang Piano Candy Machine kepada Pak Sonny selaku dosen matakuliah Interaksi Manusa dengan Komputer dan Antarmuka beserta teman-teman kami. Jujur karena harus begadang, maka kami belum melakukan persiapan yang matang terhadap materi presentasi, tapi ya karena apapun itu, show must go on.

Materi presentasi kami selain terdapat kisah bahagia merancang dan mengimplementasikan piano candy machine, juga terdapat block diagram hardware dan flowchart software.
Gambar 1 - block diagram piano candy machine


Gambar 2 - flowchart software

Nah, sekarang saya akan merangkum tantangan-tantangan dan pembelajaran seperti apa yang kami dapatkan dalam pembuatan piano candy machine ini adalah sebagai berikut:
  1. Arus yang dibutuhkan untuk mengoperasikan servo
    • kami mencoba menggunakan 6 buah baterai berukuran AA @1.5V dan ternyata ada delay pada respon dari servo
    • Solusi dari pak Sonny adalah memparallelkan 6 buah baterai dengan 6 buah baterai lainnya sehingga arusnya bertambah
  2. Desain PCB
    • Awalnya kami mendesain dengan ketebalan garis <0.3mm
    • Tidak membedakan antara IC yang akan digunakan SMD atau DIP
    • Tidak memikirkan bahwa komponen sebaiknya diletakan dibelakang jalur tembaga pada PCB
    • Solusi dari mas-mas yang jaga di Spectra adalah agar kedepannya desain dilakukan di bottom layer, jangan di top layer (pada software Altium), tebal garis harus >= 0.3mm, bedakan antara DIP dan SMD
  3. Protokol Zigbee pada XBee S2
    • Penggunaan protokol Zigbee harus lebih diperhatikan urutan bitnya, sehingga tidak terjadi kesalahan pembacaan data yang dikirimkan
    • Pastikan Xbee saling terhubung melalui XCTU sebelum menghubungkan ke rangkaian utama
  4. Penggunaan Shift Register
    • Pastikan selalu membaca datasheet yang sesuai, walaupun pada umunya desainnya sama, namun nama yang digunakan setiap vendor bisa berbeda
Sebagai kata penutup untuk mengakhiri project Piano Candy Machine ini, saya mengucapkan banyak terima kasih untuk anggota kelompok saya. Saya juga bereterima kasih kepada Pak Sonny yang sudah memberikan materi kuliah yang sangat menarik sehingga wawasan saya bertambah. Semoga postingan blog saya kali ini juga berguna bagi pembaca sekalian. Terima kasih!


Gambar 3 - anggota kelompok kami, dari kiri ke kanan : Ardian, Olivia, Hendy(saya), Anthony

Sabtu, 10 Mei 2014

Piano Candy Machine part #4 : Desain PCB dan H-1 Presentasi

Nah, rencana sekarang adalah merapikan capacitive piano yang ada. Kami memutuskan untuk membuat PCB sehingga penggunakan kabel dapat diminimalisir. Kami menggunakan software Altium untuk mendesain PCB. 
 Gambar 1 - PCB yang sudah didesain untuk capacitive piano

Kami menggunakan jasa sebuah toko di Jalan Ahmad Yani, Bandung yang bernama Spectra. Sesampainya disana, karena baru pertama kali mencetak PCB, saat itu saya dan Anthony yang kesana mendapatkan pengetahuan baru dari mas-mas yang menjaga disana. Ternyata desain PCB kami kurang tepat, hal yang seharusnya kami lakukan adalah:
  1. desain garis untuk PCB minimal 0.3
  2. desain di bottom layer
  3. harus mengimajinasikan jika komponen akan diletakkan dibalik jalur PCB
  4. perhatikan IC yang akan digunakan bertipe DIP atau SMD
Gambar 2 - PCB setelah di-edit oleh mas-mas di Spectra(kanan)

Proses mencetak PCB membutuhkan waktu 1 hari, setelah PCB jadi, kami langsung menyolder komponen-komponen ke PCB.

Gambar 3 - PCB yang sudah di solder(bawah)

Gambar 4 - PCB yang sudah di solder(atas)

Nah setelah itu kami mencoba menyusun kembali rangkaian seperti yang kami rangkai sebelumnya, akan tetapi hal ini tidak berhasil, kami rasa permasalahan ada pada shift register SN74HC595. Setelah ngotak-ngatik sampai jam 11an malam dan tidak mendapatkan hasil seperti yang kami inginkan, sedangkan besok paginya sudah harus presentasi, maka kami memutuskan untuk kembali ke desain awal, dimana tidak menggunakan shift register. Oleh karena itu, kode program juga harus diganti. Kode yang kami gunakan sekaligus menjadi kode final untuk presentasi adalah sebagai berikut.



Nah hasil akhir setelah dijalankan sekitar jam 3 pagi dapat dilihat pada video berikut.

Ohiya, sambil kita ngoprek, ada juga yang sambil membuat materi buat presentasi besoknya, materi presentasi dan hari presentasi akan diceritakan di post berikutnya, so tunggu postingan saya berikutnya ya!

Jumat, 09 Mei 2014

Piano Candy Machine part #3 : Capacitive Piano & Acrylic Candy Machine

Setelah membuat desain candy machine dengan kardus pada postingan sebelumnya, kami mencoba membuat desain candy machine dengan acrylic. Setelah menggambar dengan menggunakan salah satu software desain grafis, didapaptkan gambar seperti pada gambar 1. Gambar ini yang kemudian akan menjadi panduan dalam pemotongan acrylic.

Gambar 1 - desain bagian-bagian dari candy machine yang akan dijadikan acrylic

Kami menggunakan jasa toko Angkasa Putra untuk melakukan pemotongan acrylic. Setelah Acrylic terpotong, kami menggunakan hot glue gun untuk emnghubungkan antara tiap bagian. Setelah tiap bagian terhubung, kami menggunakan kode program dan komponen yang sama dengan percobaan sebelumnya. Hasilnya candy machine yang terbuat dari acrylic dapat dilihat pada video berikut.

Nah setelah membuat Candy Machine dengan acrylic, saatnya membuat capacitive piano. Capacitive Piano yang akan kami buat sudah di oprek terlebih dahulu oleh anggota kelompok kami, yaitu Olivia dan Ardian. Proses mereka membuat capacitive piano dapat dilihat di tautan berikut. Nah setelah jadi Capacitive Piano dapat dilihat seperti video dibawah ini.


Saya juga melakukan modifikasi pada piano sehingga dapat menyalakan 7 buah LED dengan menggunakan shift register 74HC595.

Saya merangkai dengan menggunakan skema seperti pada gambar 2.
Gambar 2 - skema rangkaian piano candy machine dengan shift register 74HC595

Kabel warna ungu nantinya disambungkan ke capacitive sensor untuk mendeteksi apakah tuts piano ditekan atau tidak.

Setelah ngoprek cukup lama, akhirnya saya berhasil menghubungkan capacitive piano dan candy machine dengan xbee seperti pada video berikut.

Nah selanjutnya tinggal melakukan modifikasi pada capacitive piano sehingga menjadi lebih rapi dan mudah digunakan. So, tunggu postingan selanjutnya ya!

Rabu, 07 Mei 2014

Piano Candy Machine part #2 : Design Concept Candy Machine

Oke, sekarang saatnya membuat desain untuk candy machine. Pada awalnya, kami ingin membuat seperti pada website ini. Namun, setelah kami memikirkan ulang dan melakukan feasibility analysis, maka kami rasa untuk membuat candy machine seperti itu dibutuhkan effort, waktu dan biaya yang cukup besar, selain itu peralatan yang digunakan juga sulit untuk dicari. Oleh karena itu, kami berpikir dam mencoba membuat desain sendiri. Setelah kami merinci alat dan komponen apa saja yang dibutuhkan, kami mendapati bahwa kami pasti akan menggunakan servo dalam pembuatan candy machine ini. Oleh karena itu kami membeli servo di toko anam.
Gambar 1 - servo yang kami beli dari toko anam

Nah setelah servo sudah ada, kami membaca tutorial dari arduino.cc, setelah itu kami mulai mencoba-coba menggunakan servo, kami mencoba merangkai servo seperti pada gambar 2.

Gambar 2 - rangkain servo yang terhubung ke Arduino

Lalu kami membuat kode dan mengimplementasikannya ke Arduino. Kode yang kami gunakan adalah

Nah hasilnya dapat dilihat di video berikut.

Setelah cukup puas dengan servo, kami mencoba membuat kerangka untuk candy machine dengan menggunakan kardus, setelah motong-motong kardus dalam waktu yang cukup lama, kami mendapatkan hasil akhir seperti pada video berikut.


Akhinya design concept kami untuk candy machine selesai, berikutnya kami akan mencoba membuat capacitive pianonya, so, tunggu postingan selanjutnya ya!

Senin, 05 Mei 2014

Piano Candy Machine part #1 : Pemilihan Topik

Setelag ngoprek Arduino dengan berbagai macam sensor dan modul, sekarang saatnya untuk mengerjakan tugas besar dari mata kuliah Interaksi Manusia dengan Komputer dan Antarmuka. Saya dan 3 orang teman saya membuat kelompok. Kelompok saya terdiri dari Hendy(saya sendiri), Anthony, Olivia, dan Ardian. Kami sepakat untuk membuat piano candy machine, karena kami ingin membantu anak-anak untuk dapat bermain musik.


Gambar 1 - piano capacitive touch yang sangat menginspirasi (sumber)

Piano Candy Machine terinspirasi dari web ini untuk piano dengan capacitive touch, sedangkan candy machinenya sendiri terinspirasi dari web ini. Kami ingin menggabungkan kedua perangkat tersebut menjadi satu alat untuk pembelajaran. Candy machine dipilih sebagai reward yang akan memacu anak-anak untuk terus berlatih, karena seperti kita ketahui bahwa anak-anak sangat menyukai permen.


Gambar 2 - candy machine yang sangat menginspirasi (sumber)

Nah untuk part #1 nya hanya membahas sampai penentuan topik saja, tunggu post berikutnya yang jauh lebih menarik ya!

Arduino dan Xbee

Setelah sekian lama tidak ngeblog karena banyaknya tugas di akhir semester, akhirnya sekarang saya berkesempatan untuk ngeblog lagi. Setelah membahas mengenai nRF24L01 pada postingan sebelumnya, dan juga saya sudah me-mention xbee pada postingan sebelumnya, kali ini saya akan membahas mengenai komunikasi antara Xbee dengan arduino. Tujuannya agar pembaca dapat memahami perbedaan Xbee dan nRF24L01.

Buku yang saya gunakan untuk belajar Xbee adalah Building Wireless Sensor Networks. Buku ini menjelaskan banyak hal mengenai Xbee mulai dari dasar hingga implementasinya. Namun sangat disayangkan karena buku ini hanya membahas mengenai xbee series 2.

Seperti yang diketahui, xbee ada 2 jenis, yaitu Xbee series 1 dan Xbee series 2, antara Xbee series 1 dan series 2 tidak bisa saling terhubung, karena protokolnya berbeda. Xbee series 1 beroperasi dengan menggunakan protokol 802.15.4(Low-Rate Wireless Personal Networks) sedangkan Xbee series 2 beroperasi pada protokol Zigbee (protokol yang dibangun diatas 802.15.4). Saya akan menggunakan Xbee series 2, saya memilih Xbee S2 karena setelah saya mencari tahu di internet, Xbee series 2 dapat mengimplementasikan mesh networking.
Gambar 1 - Xbee Series 2

Xbee S2 dapat mengimplementasikan mesh networking karena pada Xbee S2 tiap module XBee dapat ditentukan perannya dalam suatu topologi jaringan yang hendak kita bangun. Peran yang dimaksud adalah sebagai Coordinator, Router maupun End-Device.

Saya tidak akan membahas lebih lanjut mengenai Xbee, karena bisa satu buku untuk membahas Xbee sendiri, saya sangat menyarankan pembaca membaca buku Building Wireless Sensor Networks agar dapat memahami XBee S2 dengan lebih baik.

Untuk melakukan setting pada Xbee, dibutuhkan Xbee adapter, yaitu suatu adapter yang berisi chip converter FTDI to serial untuk mengupload firmware pada Xbee. Xbee ini unik karena memliki ukuran pin yang tidak biasa, sehingga memerlukan breakout board untuk dapat mengoperasikannya pada breadboard pada umumnya.
Gambar 2 - Xbee adapter dan breakout board

Yang paling perlu diperhatikan ketika menggunakan xbee adalah pastikan xbee terhubung dengan sumber tegangan sebesar 3.3V, karena berdasarkan pengalaman orang lain (saya belum dan tidak mau mencoba) ketika xbee dihubungkan dengan sumber tegangan 5V maka modul xbee tersebut dapat menjadi bricked atau rusak.

Oke, untuk percobaan kali ini, saya akan membuat 1 Xbee untuk mengirimkan kata-kata dan 1 Xbee lagi sebagai pemroses data, saya akan menggunakan alat sebagai berikut:
  1. Arduino Uno x1
  2. Arduino Mega x1
  3. Xbee S2 x2
  4. Xbee adapter x1
  5. Xbee breakout board x2
  6. breadboard x1
  7. LED x1
  8. kabel (untuk jumper) secukupnya
Nah, langkah pertama yang saya lakukan adalah melakukan setting pada Xbee. Saya akan mensetting firmware pada Xbee saya, 1 sebagai Coordinator dengan mode API, 1 lagi sebagai router dengan mode AT. Untuk mengupdate firmware pada Xbee digunakan program dari Digi yang bernama X-CTU. Program ini dapat diunduh secara gratis dari website Digi.
Gambar 3 - 1 buah Xbee S2 di setting dengan mode Coordinator API
Gambar 4 - 1 buah Xbee S2 di setting dengan mode Router AT

Nah, setelah mensetting XBee, saya langsung membuat rangkaian seperti pada gambar 5.
Gambar 5 - rangkaian Xbee S2 dengan mode Router ATyang terhubung dengan Arduino Mega

Selanjutnya saya juga membuat rangkaian untuk Xbee 1 lagi dan Arduino seperti pada gambar 6.

Gambar 6 - rangkaian Xbee S2 dengan mode Coordinator API yang terhubung dengan Arduino Uno

Nah jadi dari rangkaian itu dapat diketahui bahwa saya akan menyalakan LED di Arduino Uno berdasarkan data yang dikirim dari XBee yang terhubung dengan Arduino Mega. Kode yang saya gunakan adalah


Hasil akhir percobaan ini dapat dilihat pada video berikut.

Nah setelah mencoba menggunakan Xbee dan nRF24L01, saya dapat mengatakan bahwa menggunakan Xbee masih lebih mudah dibandingkan dengan nRF24L01, hal ini dikarenakan untuk mengoperasikan nRF24L01, diperlukan pembuatan kode dari scratch/ dasar. Hal ini bisa menjadi keuntungan maupun kerugian bagi nRF24L01, karena dengan membuat kode sendiri bisa membuat nRF24L01 menjadi lebih sesuai dengan apa yang kita inginkan, namun disisi lain, dimana waktu dan tingkat kerumitan sangat diperhitungkan nRF24L01 sangat tidak disarankan. Di lain sisi, Xbee hanya tinggal plug & play saja (setelah di setting) namun perlu dipertimbangkan untuk menggunakan Xbee karena harganya yang berbeda jauh sekali dengan nRF24L01.

Demikian postingan saya kali ini, semoga bermanfaat!

Senin, 07 April 2014

Komunikasi antar Arduino dengan nRF24L01 (wireless)

Setelah tidak lama ngoprek karena kesibukan yang luar biasa, akhirnya hari ini ada kesempatan buat ngoprek. Hari ini saya mencoba bermain dengan radio, radio yang saya gunakan adalah nRF24L01. 

Alasan saya menggunakan nRF24L01 adalah karena jarang orang yang mengetahui keberadaan chip ini untuk koneksi Arduino secara wireless. Sebagian besar orang jika ditanya cara untuk menghubungkan Arduino secara wireless, biasanya menjawab dengan menggunakan bluetooth atau menggunakan XBee. Karena XBee terlalu mahal dan bluetooth agak mahal, maka saya memilih menggunakan nRF24L01 ini.
Gambar 1 - nRF24L01

Saat tulisan ini diketik, harga 1 unit XBee yang biasa berkisar di Rp.300.000,00 - Rp.400.000,00,
harga 1 unit bluetooth module HC-05/ HC-07 berkisar di Rp. 100.000,00 - Rp. 175.000,00,
harga 1 unit nRF24L01 berkisar di Rp.50.000,00 - Rp.100.000,00

Nah dari harga saja sudah terlihat bahwa nRF24L01 terlihat lebih pas di kantong :)

Kalo dari segi teknis, XBee, Bluetooth, dan nFR24L01 sama-sama beroperasi di frekuensi 2,4GHz. Perlu diperhatikan juga bahwa ada XBee seri tertentu yang tidak beroperasi di 2,4GHz. Untuk pengetahuan teknis lebih lanjut bisa dibaca di XBee, bluetooth, dan nRF24L01

Oke, langsung saja ya, percobaan pertama saya mencoba mengikuti tutorial dari http://maniacbug.wordpress.com.

Ohiya, sebelum lupa, alat dan komponen yang saya gunakan adalah:
  1. Arduino Uno R3 x1
  2. Arduino Mega 2560 x1
  3. nRF24L01 x2
  4. kabel (untuk jumper) secukupnya
  5. kabel power arduino x2
Gambar 2 - tabel skema rangkaian yang akan saya buat

nah, saya pun langsung membuat rangkaian seperti pada gambar 2.
 
Gambar 3 - rangkaian yang saya buat, adaptasi dari http://maniacbug.wordpress.com/

Percobaan pertama saya gatot alias gagal total, setelah lepas pasang kabel, cek sana sini, coba lagi, masih gatot juga. Akhirnya saya coba menelulsuri pelan-pelan, dan ternyata saya mendapatkan pencerahan, yaitu ternyata nRF24L01 ini menggunakan SPI, dan ternyata pin Arduino Uno dan Mega untuk komunikasi via SPI ini berbeda letaknya, berdasarkan http://arduino.cc/.

Kode yang saya gunakan adalah


Nah, setelah mengganti kode RF24 radio(9, 10); dengan RF24 radio(48, 49); serta menyesuaikan pin SPI lainnya, akhirnya percobaan saya berhasil dan dapat dilihat pada video berikut.


Karena saya kurang puas dengan tutorial sebelumnya, akhirnya saya coba googling-googling lagi mencari tutorial yang lebih menantang, nah akhirnya saya menemukan tutorial yang agak menarik di http://www.bajdi.com/. Setelah saya lihat-lihat sekilas, ternyata tutorial yang ini berbeda dengan tutorial yang saya lakukan sebelumnya, tutorial ini menggunakan library Mirf.h, sedangkan tutorial sebelumnya menggunakan RF24.h. Oke, saya pun langsung mencoba merangkai.
Gambar 4 - tabel skema rangkaian yang seharusnya saya buat    

Gambar 5 - rangkaian yang sudah saya buat  

Oke ternyata tidak langsung berhasil, setelah saya lihat-lihat ternyata Mirf.h mendeklarasikan pin CE dan CSN pada Uno di pin 7 dan 8, saya pun memperbaiki rangkaian saya dan menjalankan lagi. Kode yang saya gunakan adalah 


Hasil akhirnya dapat dilihat pada video berikut.

Nah sekian saja postingan kali ini, semoga membuka wawasan pembaca mengenai komunikasi radio pada Arduino. Selamat mencoba!

Senin, 24 Maret 2014

Pemodelan Secure Door Access Control System dengan Arduino

Akhirnya tugas mata kuliah Interkasi Manusia Komputer untuk minggu ini selesai juga, jadinya saya membuat pemodelan secure door access control system dengan Arduino. Saya menggabungkan fungsi dari Arduino,  keypad, 7-segment, dan speaker dan RGB LED. 

Langsung saja, postingan saya kali ini akan membahas tentang bagaimana cara membuat pemodelan secure door access control system, sebelum saya melanjutkan, saya anggap pembaca sudah mengerti bagaimana cara mengoperasikan Arduino dengan keypad, 7-segment, dan speaker. Tutorial untuk RGB LED dapat dilihat di adafruit.com

Agar lebih mudah membayangkan hasil akhirnya seperti apa, silahkan lihat video yang sudah saya buat dibawah ini.



Jadi skema rangkaian yang akan saya buat dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1 - skema rangkaian pemodelan secure door access control system dengan Arduino

Gambar 2 - rangkaian yang sudah saya buat

Pada dasarnya, saya hanya menggabungkan kode-kode program yang ada pada tutorial Arduino dengan keypad, 7-segment, dan speaker dan RGB LED. Ditambah sedikit algoritma untuk menentukan state yang saya inginkan. State diagramnya dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3 - state diagram secure door access control system yang akan saya buat

Saya membuat dengan ketentuan sebagai berikut:
  1. state "no pin entered", yang terjadi:
    • LED berwarna biru
    • 7-segment menunjukkan angka 0 
  2. state "pin entered", yang terjadi:
    • LED kedap kedip berwarna merah
    • 7-segment menunjukkan angka yang dimasukkan dan angka 0 untuk angka yang belum dimasukkan
  3. state "unlocked, yang terjadi:
    • LED berwarna hijau selama 3 detik
    • terdengar "beep" ketika pindah ke state "no pin entered"
  4. state "alarm", yang terjadi: 
    • LED kedap kedip berwarna putih, kuning, dan biru
    • bunyi alarm
    • tidak dapat melakukan apa-apa 
  5. state "incorrect pin", yang terjadi:
    • LED berwarna merah selama 2 detik
    • terdengar suara "beep" selama 2 detik
  6. ketika keypad ditekan akan terdengar bunyi "beep"
  7. '*' sebagai backspace
  8. '#' sebagai enter
  9. PIN yang saya simpan adalah "7601", kenapa 7601? karena setiap hari saya kuliah di ruangan 7601 :)
nah hasil jatuh bangun ngoding dan ngetes selama beberapa jam di hari sabtu dan minggu kemarin bisa dilihat dibawah ini.

Tidak terlalu banyak permasalahan yang dihadapi, palingan ada algoritma yang kurang mangkus atau perlu disempurnakan, saya tidak membuat dokumentasinya, karena memang secara fisik sulit dibedakan dan membutuhkan waktu yang sangat banyak untuk merekam video. 

Pada dasarnya, permasalahan yang banyak muncul adalah dari programnya, karena program untuk mengatur rangkaiannya sudah dikerjakan dan dicoba terlebih dahulu sebelum muncul ide untuk membuat secure door access control system.
Gambar 4 - state "no pin entered" (kiri atas), state "pin entered" (kanan atas), state "unlocked" (kiri bawah),  state "incorrect pin"(kanan bawah)


 
 Gambar 5 - state "alarm"

Pada percobaan saya ini, saya hanya menggunakan 15 pin pada board Arduino termasuk 6 pin analog yang saya fungsikan sebagai pin digital. Perinciannya adalah sebagai berikut:

  1. keypad menggunakan 8 pin
  2. 7-segment menggunakan 3 pin
  3. RGB LED menggunakan 3 pin
  4. speaker menggunakan 1 pin
Sebenarnya penggunaan pin ini masih bisa di minimalisir dengan membuat rangkaian yang dapat menghubungkan keypad dengan hanya 1 buah pin analog saja, namun saya tidak sempat untuk melakukan percobaan karena keterbatasan waktu.

Oke sekian saja postingan saya kali ini, selamat mencoba dan semoga bermanfaat!

Sabtu, 22 Maret 2014

Arduino dan Speaker

Langsung saja, setelah bermain dengan shift register pada postingan sebelumnya dan tangan saya yang gatal melihat ada speaker kecil yang nganggur, saya memutuskan untuk mencoba menghubungkan speaker tersebut dengan Arduino.
Gambar 1 - speaker kecil 0.5W 8Ohm

Setelah googling, saya mendapatkan tutorial dari arduino.cc, nah saya langsung coba menghubungkan seperti yang ada pada link tersebut. Awalnya saya menyolder dahulu untuk menyambungkan speaker dengan kabel.
Gambar 2 - Speaker sudah disolder dan terhubung dengan kabel

Skema rangkaian yang akan saya buat menurut tutorial dari arduino.cc seperti pada gambar 3.
Gambar 3 - skema rangkaian yang akan saya buat

Setelah itu saya membuat rangkaian dan hasilnya dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4 - Rangkaian yang sudah saya buat

Kode yang saya gunakan berasal dari arduino.cc

Ah saya sedikit kecewa karena suaranya kecil sekali hingga hampir tidak kedengaran, oleh karena itu kali ini saya tidak membuat videonya.

Saya rasa untuk membuat speaker ini menghasilkan suara yang lebih keras, saya harus menambahkan tegangan yang masuk ke dalam speaker tersebut, tapi saya tidak mau gegabah karena saya pernah baca bahwa ada arus maksimal yang dapat ditarik dari pin IO Arduino, oleh karena itu saya googling lagi dan melihat salah satu diskusi di forum dengan alamat forum.arduino.cc. Ternyata pin 5V pada Arduino tidak terhubung ke ATMega, sehingga tidak terlalu bermasalah ketika menarik arus yang cukup banyak, asalkan tidak melebihi batas arus dari sumber power Arduino, dalam hal ini USB port pada komputer saya. Oke, cukup menarik, jadi skema rangkaian yang akan saya buat dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5 - skema rangkaian yang akan saya buat

Oh iya, sebelum membuat rangkaian, daftar alat dan komponen yang saya gunakan untuk membuat rangkaian ini adalah
  1. Arduino Uno R3 x1
  2. Kabel USB untuk power Arduino x1
  3. Breadboard x1
  4. Speaker kecil 0.8 ohm 0.5W x1
  5. Transistor npn x1
  6. Resistor 1k ohm x1
  7. Resistor 220 ohm x1
  8. Kabel (untuk jumper) secukupnya
Karena alat dan komponen sudah lengkap, saya langsung membuat rangkaian.
Gambar 6 - rangkaian yang sudah saya buat

Lalu saya menghubungkan Arduino dan menjalankan program yang sama. ternyata speakernya menghasilkan suara yang jauh lebih besar dari sebelumnya. Hasilnya dapat dilihat pada video berikut.

Akhirnya setelah secara random membeli speaker dan berhasil mencobanya, saya rasa postingan kali ini cukup sampai disini. Selamat mencoba dan semoga bermanfaat!